PERADABAN TEKNOLOGI UNTUK MENJADI MAHASISWA MANDIRI
Untuk itulah, diperlukan perangkat teknologi
canggih agar dapat mengolah segala kekayaan alam tersebut. Dengan teknologi,
kekayaan alam yang tak terjamah oleh tangan manusia, bisa dikelola sehingga
menjadi barang berharga. Perangkat teknologi inilah yang membantu manusia untuk
meneropong masa depannya. Apalagi untuk konteks Indonesia yang wilayahnya
begitu luas, teknologi menjadi perangkat penting yang kehadirannya ditunggu
untuk kemajuan bangsa.
Di dalam sistem perekonomian, industri adalah
suatu keniscayaan. Teknologi tanpa Industri? Ya sama saja omong kosong.
Teknologi dan Industri adalah dua sisi mata uang. Teknologi diperlukan bagi
peningkatan nilai tambah dan sekaligus sebagai perangkat menuju akselerasi
ekonomi. Perekonomian tanpa Teknologi akan kehilangan daya saingnya. Teknologi
adalah mikro ekonomi dari suatu sistem perekonomian.
Dari kajian pada berbagai negara yang maju karena
industrinya, dapat kita peroleh adanya suatu ciri yang spesifik, yaitu
pembangunan dan pengembangan industri-industri mereka jelas menunjukkan prinsip
penggunaan dan pengembangan Teknologi, didukung penuh oleh kebijakan
pemerintahnya. Termasuk didalamnya berbagai macam bentuk insentif yang
diberikan oleh pemerintah. Pada dasarnya semua negara industri menjalani jalur
(path) yang sama. Komitmen dan kebijakan Pimpinan Tertinggi Negara memegang
peran sangat mutlak bagi kemajuan industri nasionalnya yang berbasis Teknologi.
KEMANDIRIAN
MAHASISWA
Zaman….kepada siapapun kita tanyakan, saya yakin
mereka akan mengerti. Zaman adalah suatu masa yang terjadi, begitu salah
seorang sahabat saja menjelaskan.Membicarakan zaman berarti berbicara tentang
ciri yang terjadi pada masa tersebut… begitu seorang sahabat saya yang lain
menimpali.
Zaman tentu saja hadir dan ada nyata bersama
kita. Tetapi mari tanpa melupakan masa lalu kita sejenak mencoba menerawang ke
masa depan. Masa yang tentu saja masih abu-abu . Mencoba belajar untuk
menemukan ketidakpastian dari apa yang kita hadapi sekarang ini. Dalam
persepektif mahasiswa, menurut saya abu-abu berarti kepastian yang harus
dibuktikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ditandai dengan cepatnya akses informasi, bangunan-bangunan tinggi dan megah
sebagai bentuk eksistensi yang tak terbantahkan. Menjulang tinggi seolah ingin
mengatakan langit di atasku tinggal sedikit lagi.
Perkembangan ilmu dan teknologi memang akan
berdampak pada kehidupan kita. Masyarakat akan cenderung konsumtif dan juga
cenderung tidak perduli. Liberalism, diajarkan atau tidak . Di doktrin ataupun
tidak pasti akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Karena terlalu banyak
hal yang secara tidak langsung mendukung perkembangannya. Tengok saja media
televisi kita, kekerasan, kesenjangan kaya dan miskin, trik-trik kejahatan
selalu menjadi suguhan tiap hari kita. Pembangunan pertokoan-pertokoan mewan
yang terkadang akan mengerdilkan pasar-pasar tradisional dimana nilai
shillaturrahmi masih bisa kita temukan disamping hanya sekedar jual beli.
Ini realita yang harus kita terima. Karena itu
akan lebih baik dari hanya sekedar teriak-teriak tentang buruknya liberalism.
Memikirkan apa yang perlu kita lakukan ke depan akan lebih baik dari pada hanya
berkutat pada persoalan-persoalan yang tidak ada nilai kemanfaatanya.
Kembali pada judul yang penulis buat. Kemandirian
adalah sebuah keharusan. Jikalau kita berkaca pada negara-negara yang sudah
lebih dulu maju dari kita. Kita akan temukan bahwa mereka (mahasiswa) akan
berusaha mengimbangi kemajuan daerahnya dengan berbuat. Artinya mereka datang
ke kampus tidak hanya dengan satu pemikiran saja yakni belajar. Tetapi di
bagian lain pemikiran mereka adalah bagaimana mereka membiayai biaya kuliah
mereka dengan usaha mereka sendiri. Bekerja paruh waktu, adalah solusi terbaik
dan terbanyak yang dilakukan oleh mereka. Itu karena lowongan kerja sangatlah
banyak tersedia. Tetapi melihat daerah kita sendiri meskipun sekarang masih
belum terlalu banyak lowongan kerja yang membutuhakan tenaga mahasiswa. Tetapi
ke depan itu pasti akan ada. Dan mahasiswa harus bisa melihat itu. Bagaimana
mahasiswa bisa berfikir untuk berbuat sesuatu yang lebih. Tentu saja dengan
managemen waktu yang baik pula.
Paradigma pemikiran-pemikiran mahasiswa sudah
selayaknya juga harus berubah. Tidak hanya berfikir tentang idealisme tetapi
mulai berfikir tentang hal apa sesungguhnya yang bisa dilakukan. Tidak mampu
bertahan berarti mati kata seorang sahabat saya yang seorang pengusaha
kecil-kecilan. Tentu saja anda tidak mau mati sia-sia tanpa membuat suatu hal
yang bisa bermanfaat untuk hidup anda sendiri.
Berangkat dari pemahaman di atas. Sudah waktunya
kita mulai melihat berbagai macam peluang di sekitar kita yang mungkin bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya saja upaya menjemput Program
Kreativitas Mahasiswa ( PKM ) yang salah satunya tentang kewirausahaan (PKM-K),
dengan mengikuti persayaratan-persayaratan yang diminta semoga ada upaya
dukungan dari lembaga sehingga ini bisa menjadi jalan para mahasiswa untuk
berbuat lebih.
Yang jelas, upaya memperluas pengetahuan
seluas-luasnya perlu kita lakukan karena tidak ada jaminan meski kita berstatus
mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Keguruan, ketika tamat nanti kita akan
menjadi seorang guru. Ini bukan mengerdilkan semangat anda untuk menjadi guru.
Tetapi paling tidak kita telah mencoba memikirkan berbagai macam kemungkinan ke
depan, apa yang bisa kita lakukan. Di tengah berbagai persoalan yang ada; biaya
kuliah yang melangit, dosen yang mungkin jarang masuk, materi kuliah yang
terasa sudah tidak cocok diajarkan di bangku kuliah; dan seabrek persoalan
lainnya. Sudah selayaknya kita memikirkan jalan terbaik yang tentu saja membawa
manfaat untuk kita.
Sederhananya….
Kita punya waktu 4 tahun atau mungkin 5 tahun
untuk belajar. Dengan 16 -17 jam perminggu. Sedangkan dalam satu
minggu ada berapa jam yang ada. seberapa baik kita mengelola waktu yang
ada.apakah sisanya kita pakai untuk mengisi perpustakaan (meski ada yang
mengatakan perpustakaan kita tidak lengkap padahal belum tentu mereka pernah
membaca buku di perpustakaan) ,menghabisakan waktu untuk berselancar di dunia
maya, berdiskusi, aktif di kegiatan organisasi, meningkatkan kualitas keimanan
dengan menghadiri majelis-majelis ilmu atau hanya tidur-tiduran di kamar
sembari melamun memikirkan si dia……
Jawabannya tentu saja kembali kepada anda, yang
jelas banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu (dengan hal – hal
positif dan bermanfaat) agar waktu 4 tahun benar-benar bisa anda rasakan
manfaatnya. Sehingga ketika pulang nanti tidak ada penyesalan karena telah
menghabiskan waktu dengan cara yang tidak baik.
Penulis adalah Pengurus Cabang Bidang I Kaderisasi dan Pengembangan SDA PMII Kota Malang 2013-2014
Post a Comment